RAKYATNEWS.CO.ID,BANDARLAMPUNG-Pemilihan Walikota (Pilwakot) Bandarlampung akan digelar ada 2020 mendatang. Banyak sekali masyarakat kota menaruh harapan untuk pemimpinnya kelak.
Nah, dari pelaku seni tradisional baik kroncong, campur sari, reog, budaya Lampung, mereka manaruh harapan agar pemimpin Kota Tapis Berseri ini, bisa menggeliatkan pelaku seni disetiap harinya, sehingga bisa jadi objek wisata tradisional yang dapat dinikmati oleh wisatawan lokal dan manca negara.
“Seni itu adalah aset budaya negara, jangan sampai tidak dilirik, karena dengan seni budaya daerah juga bisa meningkatkan pariwisata dan jadi hiburan masyarakat,” ujar Maryono, selaku Ketua Kesenian Budaya Koroncong, Gita Larasati, Kota Bandarlampung, Senin (9/9/2019).
Menurutnya, bagaimana kedepan itu walikota yang diharapkan para pelaku seni bisa menyediakan wadah sehingga semua pelaku seni bisa dibina dan dilestarikan. “Kan bisa saja sih, di setiap minggu nya, kalau sudah disediakan tempat atau wadahnya, semua pelaku seni dapat secara bergiliran mentas atau manggung dintengah kota, dimana disaksikan oleh masyatakat dan menjadi hiburan rakyat. Caranya ya setiap harinya bergiliran, misalnya Senin seni Kroncong, Selasa apa, Minggu misalnya seni Budaya Lampung dan jangan lupa juga malam Jum’at ada pengajian, karena ini juga penting bisa membentuk karakter iman manusia,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, jika pemimpin kota dapat melestarikan budaya daerah, maka kota Bandarlampung akan dikenal di seluruh kancah nasional dan internasional, dimana para pelaku seni diberikan ruang dan wadah dalam berkreasi. “Ada itu saya denger salah satu bakal calon walikota pak Tulus Purnomo, mudah-mudahan beliau kedepannya, kalau jadi bisa membimbing kami para pelaku seni, karena saya kenal dia memang orangnya suka seni, mau di kroncong dan Lampung dia setau saya suka seni, mudah-mudahan kedepannya bisa memajukan seni budaya daerah di Kota Bandarlampung,” jelasnya.
Masalahnya, imbuh dia, para pelaku seni di Kota Tapis berseri saat ini, bukan tidak diperhatikan oleh pemkota Bandarlampung, akan tetapi, kurang ditonjolkan. “Masih kurang ditonjolkan seni dan budaya kayak kroncong, lagu-lagu lampung kurang menonjol, waktu itu ada sesekali tapi, gak terus aktif, maunya dikasih tempat dan wadah sehingga bisa berkesinambungan, tinggal diatur saja jadwalnya,” paparnya.
Selanjutnya, kata Ateng sapaan akrab Ketua Keroncong Bandarlampung Maryono, jika betul Mas Tulus Purnomo akan maju mencalonkan sebagai cawalkot Bandarlampung, pihaknya menaruh harapan besar untuk bisa memperhatikan semua lini, baik pemuda dan para pelaku seni dan budaya nasional. “Jangan dilupain juga pengajian, karena ini tempat untuk membentuk akhlak, yang awalnya gak bisa ngaji bisa mengaji. Saya sih setuju kalau mas Tulus mau maju, tapi harus pelan-pelan, kita rangkul semua unsur masyarakat. Karena memberikan wadah untuk pelaku seni ini baru ada di Jakarta, bagaimana kedepan cawalkot bisa merealisasikanya” tandasnya.
(ron)